Minggu, 30 Juni 2013

Renungan Harian Kristen, Hari ini .. ..



Renungan Harian Kristen - 30 Juni 2013

Garam Gagal

Bacaan: Matius 5:13-16

Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan?- Matius 5:13


Garam yang kita kenal selama ini adalah barang yang sangat sederhana namun mempunyai arti penting bagi manusia. Hanya seonggok bubuk yang harganya sangat murah, namun tanpa kehadiran garam masakan kita pasti menjadi hambar. Koki sehebat apapun pasti akan kesulitan bila harus mengolah masakan bila tidak ada garam. Boleh jadi kita memiliki masakan mewah yang satu porsi harganya bisa mencapai jutaan rupiah, namun tanpa garam masakan mewah itu tak menjadi mewah lagi, sebab akan kehilangan cita rasa yang lezat.
Seperti yang kita tahu bahwa garam itu terdiri dari dua unsur, yaitu Natrium (Na) dan Chlorida (Cl). Kedua unsur ini adalah unsur utama yang membentuk menjadi garam. Bila kedua unsur ini dipisahkan maka yang terjadi adalah sebaliknya. Natrium dan Chlorida pada dasarnya ialah racun. Jadi bila kedua unsur ini berdiri sendiri maka akan mengkontaminasikan suatu masakan.
Jika Yesus menyebut kita sebagai garam dunia, itu berarti mau tidak mau, senang tidak senang kita harus mau dipersatukan. Tanpa kita memiliki persatuan dapat dipastikan kita akan menjadi racun bagi orang-orang di sekitar kita. Kita tidak akan menjadi berkat untuk mereka, bahkan yang lebih fatal kita akan menjadi batu sandungan bagi mereka. Mereka akan tahu bahwa kita murid Kristus yaitu bila kita menjadi satu adanya.

Sebagi dua unsur yang berbeda memang sulit untuk bersatu. Namun tak seharusnya perbedaan kita menghalangi persatuan dan kesatuan di dalam Kristus. Melihat kesehatian tubuh Kristus tentu hal yang sangat indah. Tak ada lagi yang merasa denominasinya yang paling eksklusif, tak ada yang merasa doktrinnya yang paling benar dan tak ada bendera-bendera kelompok yang masih dijunjung tinggi. Fungsi gereja Tuhan sebagai garam dunia akan terlihat jelas jika gereja Tuhan bersatu dan mulai terjun ke dalam dunia untuk memberikan pengaruh dan nilai-nilai kekristenan. Jika gereja Tuhan hanya mengeksklusifkan diri dan tak pernah membagikan nilai-nilai kehidupan yang Kristus ajarkan kepada dunia, maka sebenarnya gereja Tuhan gagal menjadi garam. Dan jika gereja gagal menjadi garam, tentu itu seperti garam yang tak asin lagi rasanya, kita pun tahu bahwa garam yang tak lagi memberi rasa hanya akan diinjak-injak orang.

Sabtu, 29 Juni 2013

Renungan Harian Kristen, Hari ini .. ..



Renungan Harian Kristen - 29 Juni 2013

Pemain

Bacaan: Roma 12:9-12

Biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan.- Roma 12:11


Sejujurnya kita lebih suka jadi penonton daripada jadi pemain. Untuk jadi pemain kita harus bersusah payah dan pengorbanan kita besar, sementara untuk jadi penonton kita tak perlu repot-repot. Jadi pemain harus siap dikritik, dicela atau bahkan diejek habis-habisan, sementara jika jadi penonton kita malah bisa mengkritik, mencela dan mengejek. Pemain selalu di pihak yang salah dan penonton selalu berada di pihak yang benar. Itu sebabnya orang lebih suka jadi penonton daripada pemain. Tak perlu susah-susah, cukup dengan tepuk tangan kalau baik, suit-suit kalau menarik, mengumpat kalau yang dilihat tidak seru dan teriak huuu..huuu kalau ada pemain yang melakukan kesalahan.
Hal yang sama juga terjadi di gereja. Menurut sebuah survey, jemaat Tuhan yang terlibat dalam pelayanan ternyata tak lebih dari 20%. Lalu bagaimana dengan yang 80%? Mereka hanya duduk manis dan jadi penonton saja. Masih mendingan jika ia berlaku sebagai penonton yang baik, dalam artian selalu memberi semangat dan support yang membangun meski tak terlibat secara langsung. Tapi ternyata lebih banyak jemaat yang memilih duduk dengan telunjuk siap teracung dan mulut siap meluncurkan kritik yang pedas. Mengkritik semua hal yang bisa dikritik. Mengkritik worship leader yang tak bisa membawa jemaat antusias dalam memuji Tuhan. Mengkritik pemain musik yang tak kompak. Mengkritik khotbah yang membuat ngantuk. Mengkritik kursi yang reyot, udara yang pengap, tempat parkir yang tak luas, bahkan hal-hal sekecil apapun tak luput dari kritikannya. Harap dimaklumi, itulah penonton!
Padahal seharusnya kita tahu bahwa kita semua dipanggil untuk jadi pemain dan bukan penonton. Panggilan untuk melayani bukan hanya ditujukan kepada kelompok-kelompok tertentu saja, melainkan kepada setiap orang percaya. Jangan pernah katakan bahwa kita tak punya talenta atau karunia. Memang talenta yang Tuhan berikan satu sama lain berbeda, ada yang diberikan banyak, tapi ada juga yang dipercayakan sedikit. Tapi yang jelas setiap orang dipercayakan sejumlah talenta. Jadi tak ada lagi dalih yang membenarkan kita hanya duduk manis dan menjadi pengamat saja di gereja. Setelah kita merasakan jadi pemain, maka sifat kita sebagai seorang penonton yang penuh kritik akan berhenti dengan sendirinya. Karena kita tahu bahwa menjadi pemain ternyata jauh lebih sulit daripada jadi penonton!

Jumat, 28 Juni 2013

Renungan Harian Kristen, Hari Ini .. ..

Renungan Harian Kristen - 28 Juni 2013

Mimpi Besar

Bacaan: Kejadian 37:1-11

Bermimpilah Yusuf, lalu mimpinya itu diceritakannya kepada saudara-saudaranya.- Kejadian 37:5


Awas, pembunuh-pembunuh mimpi ada di sekitar Anda! Ia bukan seorang dengan wajah seram dan menakutkan. Hanya saja perkataannya perlu kita waspadai. Banyak orang menjadi takut bermimpi setelah bertemu dengannya. Ciri-cirinya? Perkataan yang selalu negatif! Selalu berkata tak mungkin, tak akan bisa, itu hal mustahil, ah itu seperti mimpi di siang bolong, cita-cita yang tak realistis dan masih banyak lagi kata-kata penghancur mimpi yang bisa kita dengar.
Seperti H.M Warner, pendiri Warner Bross Pictures yang merajai dunia perfilman pernah berkata seperti ini pada tahun 1927, "Siapa yang ingin mendengarkan para aktor berbicara?" Perlu diketahu bahwa pada saat itu film memang hanya tayangan visual saja sementara tak ada suara sama sekali, film bisu. Tapi bagaimana kenyataan sekarang ini?
Robert Milikan, pemenang hadiah Nobel dalam bidang Fisika tahun 1923 berkata, "Tak ada kemungkinan orang dapat menarik kekuatan dari atom." Namun bukankah kekuatan atom diakui sebagai kekuatan yang paling dahsyat? Tanya saja kepada Nagasaki dan Hiroshima yang pernah merasakannya.
Mimpi Wright bersaudara hampir-hampir saja mati karena ucapannya ayahnya sendiri yang adalah seorang uskup. Ayahnya berkata, "Manusia tak mungkin bisa terbang, kalau manusia bisa terbang tentu Tuhan akan menciptakan sayap bagi manusia." Tapi bagaimana kenyataannya sekarang? Bukankah manusia bisa berseliweran lintas negara bahkan lintas benua dengan waktu yang singkat karena bisa "terbang"? Ah, untung saja Wright bersaudara tetap mempertahankan mimpinya dan menciptakan pesawat terbang.
Jangan takut bermimpi, sebab hal-hal besar yang ada sekarang ini selalu berawal dari sebuah mimpi. Bukankah tahta Yusuf menjadi penguasa di Mesir berawal sebuah mimpi sederhana? Tuhan kita progresif, kreatif dan inovatif. Seharusnya karakteristik Tuhan itu juga ada dalam kehidupan kita. Lalu bagaimana kita bisa jadi orang Kristen yang progresif, kreatif dan inovatif kalau untuk bermimpi saja kita takut? Mulailah bermimpi dan libatkan Tuhan dalam setiap mimpi. Saya terkesan dengan pernyataan John Mason dalam bukunya yang berjudul An Enemy Called Average ( musuh yang disebut rata-rata ), "Selalu libatkan dirimu dalam sesuatu yang lebih besar dari dirimu, karena di sanalah Allah berada."

Kamis, 27 Juni 2013

Renungan Harian Kristen, Hari ini .. ..



Renungan Harian Kristen - 27 Juni 2013

Tabur Tuai

Bacaan: II Korintus 9:6-14

Berilah dan kamu akan diberi.- Lukas 6:38


Prinsip-prinsip atau hukum yang berlaku di dunia akan jelas berbeda dengan prinsip-prinsip atau hukum yang kita temukan di dalam Alkitab. Perbedaan ini akan semakin jelas ketika kita berbicara tentang hal memberi. Hukum dunia berkata bahwa kita harus mencari sebanyak-banyaknya dan berusaha mendapatkan sebanyak- banyaknya dengan memberi yang sedikit-sedikitnya. Hukum dunia juga berkata bahwa jauh lebih baik menerima daripada memberi, sebab memberi berarti pengurangan dan menerima berarti penambahan.
Bandingkan dengan prinsip yang dapat kita temukan di dalam Alkitab. Memberi bukanlah pengurangan, sebaliknya memberi membuat kita menerima kelimpahan. Yesus sendiri berkata bahwa terlebih bahagia memberi daripada menerima. Namun sayang, meski Alkitab dengan jelas memaparkan hukum atau prinsip yang membuat hidup berkelimpahan, kita ternyata lebih suka menganut hukum di dalam dunia ini. Itu sebabnya banyak orang Kristen menjadi begitu pelit jika sudah menyangkut soal memberi. Seribu satu macam dalih dibuat untuk menutupi kepelitannya. Gereja 'kan sudah punya kas yang sangat banyak? Pendetaku sudah kaya kok, jadi buat apa memberi? Buat aku sendiri saja kurang, bagaimana mungkin sekarang masih dituntut untuk memberi?
Lupakah kita bahwa hukum tabur tuai akan terus berlaku? Alkitab berkata siapa memberi maka ia akan diberi, suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, digoncangkan dan yang tumpah keluar akan dicurahkan bagi kita. Artinya, jika kita ingin hidup berkelimpahan, maka prinsip tabur tuai ini harus kita lakukan. Tanpa kita mau menabur, maka tak akan pernah ada yang dapat kita tuai. Misalnya saja kita seorang petani yang memiliki lahan begitu luas, namun kita begitu pelit untuk menabur benih di lahan itu. Maka suatu kali kelak kita hanya bisa menuai sedikit, sesuai dari benih yang kita tabur itu saja.
Jika Alkitab mengajar kita untuk suka memberi, baik itu memberi bagi pekerjaan Tuhan atau memberi bagi sesama kita, itu sebenarnya demi kebaikan kita sendiri. Tuhan ingin memberkati kita secara berlimpah, dan salah satu caranya dengan cara kita memberi. Jika hidup kita selalu berada dalam kekurangan, cobalah lihat kembali hidup kita. Sejauh mana kita menerapkan hukum tabur tuai?

Rabu, 26 Juni 2013

Renungan Harian Kristen, Hari ini .. ..



Renungan Harian Kristen - 26 Juni 2013

Iman Sejati

Bacaan: Matius 17:14-21

Sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja...- Matius 17:20


Iman akan menyelesaikannya! Iman akan melakukan hal-hal yang besar, bahkan hal-hal yang mustahil sekalipun. Bukankah Yesus sendiri berkata bahwa iman akan memindahkan gunung dan mencampakkan pohon ara ke dalam lautan sekalipun? Namun nyatanya kita tak pernah melihat mujijat Tuhan justru sebaliknya keadaan kita makin terpuruk saja. Hal ini bisa terjadi karena masalah yang kita lihat lebih dominan daripada iman kita. Ini perbedaan antara iman dan "mata lahiriah".
Iman mempercayai Allah, mata lahiriah mempercayai kekuatan manusia.
Iman mengukur dengan ukuran Allah, mata lahiriah dikuasai oleh ukuran masalah.
Iman mencari Allah terlebih dulu, mata lahiriah membawa masalah ke dalam tangannya sendiri.
Iman menanti di hadapan Allah dengan tekun, mata lahiriah terburu-buru dengan penyelesaian pribadi.
Iman berdasar pada apa yang dikatakan Allah, mata lahiriah berdasar apa yang kita rasakan.
Iman melihat melampaui situasi pada kemungkinan, mata lahiriah berpedoman pada buruknya keadaan.
Iman tetap mempercayai Allah bahkan ketika tampaknya tak terjadi sesuatu, mata lahiriah dikendalikan indera dan perasaan.
Iman tak memerlukan bukti di atas kertas, mata lahiriah menuntut fakta dan bentuk terlebih dulu.
Iman menyerahkannya ke tangan Allah, mata lahiriah mengangkatnya kembali mengkuatirkannya dan meresahkannya.
Apa yang lebih kita percayai? Iman atau mata lahiriah kita? Selama kita tidak mengembangkan iman, maka masalah akan tetap masalah. Namun saat kita mengijinkan iman bekerja maka masalah akan diubah menjadi berkat. Dukacita akan diubah menjadi sukacita. Pintu yang tertutup akan dibuka. Akan ada banyak pengalaman luar biasa terjadi di saat kita mengijinkan iman bekerja. Itu sebabnya Alkitab berulangkali menekankan pentingnya hidup dalam iman. Bahkan tanpa iman, hidup kita tak akan berkenan kepada Allah. Mengapa? Karena itu berarti kita lebih mempercayai kekuatan diri kita sendiri daripada mempercayai kekuatan Allah. Kembangkan sayap iman kita dan segera alami kuasaNya.

Selasa, 25 Juni 2013

Renungan Harian Kristen, Hari ini .. ..



Renungan Harian Kristen - 25 Juni 2013

Perjuangan

Bacaan: I Petrus 1:3-9

Bergembiralah akan hal itu, sekalipun sekarang ini kamu seketika harus berdukacita ...- I Petrus 1:6


Tak gampang menjadi orang besar. Kesuksesan besar tak bisa diraih dengan sekejap mata, juga tak segampang kita membalik telapak tangan. Sebuah kesuksesan kadangkala didahalui oleh keringat, air mata, luka yang menganga, kegagalan, fitnah, dan perjuangan berat lainnya. Saya mengagumi orang ini. Perjuangannya untuk meraih yang tujuan yang tertinggi patut diacungi jempol!
Ketika berumur tujuh tahun, keluarga dipaksa keluar dari rumahnya karena sebuah sengketa. Walau masih berumur tujuh tahun, ia harus bekerja mencari uang.
Ketika berumur sembilan tahun, ibunya meninggal. Menjadi anak yang pemalu dan sangat terbelakang.
Ketika berumur dua puluh dua tahun ia kehilangan pekerjaannya sebagai seorang pelayan toko.
Ketika berumur dua puluh tiga tahun, ia memiliki mitra dagang yang kemudian mewariskan hutang dalam jumlah yang besar untuk dilunasi.
Ketika berumur dua puluh delapan tahun, ia menjalin hubungan dengan seorang wanita selama empat tahun tapi kemudian lamarannya ditolak.
Ketika berumur tiga puluh tujuh tahun, ia mencalonkan diri sebagai anggota konggres, namun berulangkali gagal. Saat itulah ia terkena penyakit syaraf.
Ketika berumur empat puluh satu tahun, ia terluka dengan perkawinannya yang tak bahagia, dan anaknya yang berumur empat tahun meninggal.
Ketika berumur empat puluh lima tahun, ia mencalonkan diri menjadi anggota Senat dan ... kalah.
Dua tahun kemudian ia kalah dalam nominasi menjadi wakil presiden. Ketika berumur empat puluh sembilan tahun, ia gagal lagi menjadi anggota Senat.
Ketika berumur lima puluh satu tahun, ia menjadi presiden Amerika Serikat!
Dia adalah Abraham Lincoln, presiden AS yang paling dikenang dalam sejarah AS. Itulah sisi gelap dari sebuah kebesaran. Akankah hari ini kita merasa bahwa semua yang kita kerjakan selalu berujung pada jalan buntu, mengalami kegagalan, kebangkrutan dan kekalahan? Kita belum selesai. Tak seharusnya itu menghentikan langkah kita dan membuat kita menyerah kalah. Life must go on, hidup harus tetap berjalan. Yang terbaik harus tetap diraih. Mintalah kekuatan Tuhan agar kita cakap menanggung segala perkara bersamaNya.

Senin, 24 Juni 2013

Renungan Harian Kristen, Hari ini .. ..



Renungan Harian Kristen - 24 Juni 2013

Integritas

Bacaan: Amsal 28:1-28

Orang yang dapat dipercaya mendapat banyak berkat.- Amsal 28:20


Anda seorang pemimpin? Entahkah Anda menjadi pemimpin di kantor, menjadi pemimpin di sebuah instansi pemerintah, menjadi pemimpin di masyarakat, menjadi pemimpin di gereja atau menjadi pemimpin dalam keluarga, ada satu syarat mutlak yang diperlukan bagi kepemimpinan kita, yaitu integritas! Tanpa integritas kita tidak akan pernah menjadi pemimpin yang berhasil. Bisa saja kita tetap menduduki kursi jabatan dan nama kita yang tertera di surat-surat masih menunjukkan bahwa kita adalah seorang pimpinan. Namun tanpa integritas sebenarnya setiap orang yang ada di bawah jajaran kita sudah kehilangan kepercayaan atas diri kita sebagai pemimpin. Dan pemimpin yang tidak mendapat kepercayaan atau keyakinan dari setiap orang yang mengikutinya adalah pemimpin yang gagal!
Integritas mengedepankan karakter yang teruji daripada sekedar posisi atau jabatan tertentu. Integritas mementingkan pelayanan daripada kekuasaan. Integritas lebih berbicara tentang kepercayaan dibandingkan strategi atau taktik untuk mempengaruhi orang lain dan memaksanya melakukan semua hal yang kita kehendaki. Integritas lebih memikirkan hubungan jangka panjang daripada hubungan yang sangat menguntungkan namun hanya sesaat saja.
Tanpa integritas, tak akan pernah ada kesuksesan. Seperti apakah integritas itu dalam wujud yang lebih riil dalam kepemimpinan kita? Integritas memiliki karakter yang bisa menjadi teladan dan contoh. Integritas adalah kejujuran dan sikap kita yang terbuka. Tak ada kepalsuan, tak ada kamuflase dan bebas dari kemunafikan. Integritas adalah sikap yang rendah hati. Tidak semena-semena karena memiliki posisi tinggi sebaliknya rendah hati dan melayani orang-orang yang ada di bawah kita. Integritas selalu memiliki kata-kata yang bisa dipercayai. Memenuhi setiap janji yang pernah terujar dan tak ada penipuan.
Presiden AS Dwight Eisenhower pernah berkata tentang integritas, "Untuk menjadi pemimpin, seseorang harus mempunyai pengikut. Untuk mempunyai pengikut ia harus mendapatkan kepercayaan dari mereka. Jadi kualitas tertinggi seorang pemimpin adalah integritas. Tanpa integritas mustahil ada kesuksesan. Tanpa integritas yang jelas akan gagal. Ajaran dan perbuatannya harus sesuai. Jadi, kebutuhan terbesar pertama adalah integritas dan tujuan yang mulia."

Minggu, 23 Juni 2013

Renungan Harian kristen, Hari ini .. ..



Renungan Harian Kristen - 23 Juni 2013

Kesalahan Yang Sama

Bacaan: Roma 5:18-6:4

Bolehkah kita bertekun dalam dosa,supaya semakin bertambah kasih karunia itu? Sekali-kali tidak!...- Roma 6:1-2


Seorang ibu dengan kedua telinganya yang terbakar tengah diperiksa oleh dokternya. "Ketika saya tengah menyeterika, tiba-tiba telepon berdering," jelas ibu itu. Sang dokter hanya tersenyum membayangkan kelatahan ibu itu meletakkan seterika panas ke telinganya sambil berkata 'halo'. "Tapi mengapa bisa kedua telinga Ibu terbakar?" tanya dokter itu penasaran. "Anu, yang satunya ini gara-gara setelah itu saya mencoba menelpon ambulans."
Seringkali kita melakukan hal yang hampir sama dengan ibu itu. Kita mengulangi kesalahan dan kebodohan yang sama dalam hidup kita. Adalah hal yang relatif wajar bila seseorang terjatuh ke dalam lubang yang tidak pernah ia ketahui sebelumnya. Tetapi akan menjadi hal yang aneh bila ia berkali-kali jatuh kembali ke lobang yang sama. Itu artinya ia tidak belajar dari kesalahan yang pernah dibuatnya.
Hidup kita dipenuhi dengan berbagai kesempatan. Termasuk salah satunya adalah kesempatan untuk belajar dari setiap pengalaman yang penah kita alami. Saya percaya bahwa Roh Kudus adalah Pribadi yang sabar dalam membimbing dan mengajari kita untuk melakukan Firman Tuhan. Namun sayangnya kesabaran Tuhan itu seringkali justru disalahgunakan untuk kita terus bernyaman-nyaman hidup dalam dosa.
Seringkali kita justru menikmati kejatuhan kita. Kita memanfaatkan kesempatan untuk bertobat lagi dan bertobat lagi tetapi dalam dosa yang sama! Rasul Paulus dengan tegas memberikan pengajaran kepada jemaat di Roma untuk tidak memiliki pola pikir dan konsep hidup seperti itu. Jangan pernah menjadikan anugerah Tuhan itu sebagai alat untuk memanipulasi Tuhan. Bayangkan bila kesabaran Anda sebagai orang tua justru dimanfaatkan oleh anak Anda untuk berbuat kurang ajar. Anda tentu akan merasa diremehkan, marah dan suatu saat mengubah sikap Anda yang sabar menjadi lebih keras agar anak Anda tidak bersikap seperti itu lagi.
Tentunya kita tidak akan menginginkan Tuhan memperkeras didikannya karena sikap kita yang menyepelekan anugerah-Nya, bukan? Karena itu jika sampai hari ini Tuhan masih memberikan kesempatan sekali lagi pada kita untuk bertobat, jangan pernah meremehkannya karena siapa tahu ini kesempatan kita yang terakhir.

Kamis, 20 Juni 2013

Renungan Harian Kristen, Hari ini .. ..

Renungan Harian Kristen - 20 Juni 2013

Misteri Kematian

Bacaan: I Tesalonika 4:13-18

Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.- Filipi 1:21


Kehidupan tak berakhir di sebuah peti mati. Sebuah gundukan tanah yang masih baru juga tak berarti bahwa kehidupan sudah berhenti di sana. Ada kehidupan sesudah kematian. Pemahaman seperti ini bisa kita lihat dalam tradisi Mesir kuno yang akan selalu menaruh peta perjalanan menuju dunia orang mati di dekat mayat itu. Dalam tradisi China, jika ada orang yang mati, maka keluarganya akan membakar rumah-rumahan yang terbuat dari kertas dan uang kertas sebagai bekal mereka menuju sorga. Tak jauh beda dengan orang Yunani yang menaruh mata uang perak untuk membayar ongkos perjalanan pada charon.
Jika orang-orang dunia saja punya keyakinan bahwa ada kehidupan setelah kematian, terlebih lagi dalam kekristenan! Kita mempercayai bahwa kehidupan setelah kematian benar-benar ada dan tak hanya itu saja, kita juga percaya bahwa akan ada kebangkitan orang-orang mati. Sorga dan neraka bukan cerita dongeng belaka.
Hanya orang-orang bebal saja yang menyangkal kebenaran paling hakiki ini. Kelompok ateis berusaha menggunakan hukum realitas untuk menyanggah kebenaran ini, namun sejujurnya dalam hati mereka selalu ada keraguan. Nyatanya mereka yang mengaku tak percaya adanya sorga dan neraka tetap saja dihinggapi ketakutan yang hebat menjelang kematian tiba. Jika mereka meyakini bahwa tidak ada kehidupan sesudah kematian, tentunya mereka tak perlu takut bukan?
Yang hanya perlu kita renungkan adalah apakah kita cukup siap seandainya Tuhan memanggil kita pulang hari ini? Mungkin ini adalah pertanyaan yang sangat sederhana, tapi tetap saja pertanyaan ini menggelisahkan banyak orang, termasuk orang Kristen sekalipun. Selagi masih hidup, hendaknya kita berlaku bijaksana yaitu dengan berbenah diri secara rohani. Sehingga kalau kehidupan rohani kita makin mantap di dalam Tuhan, kapapun juga Tuhan memanggil, maka kita akan selalu siap. Tak lagi takut akan hari kematian, sebab kita tahu di balik sebuah kematian ada kehidupan kekal. Itu sebabnya menilik tulisan Paulus, kita sama sekali tak menemukan kegentarannya akan kematian. Seandainya kita bertanya kepadanya, "Apakah Anda takut mati?" Dengan tersenyum Paulus tentu akan menjawab,"Hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan."

Rabu, 19 Juni 2013

Renungan Harian Kristen, Hari ini .. ..

Renungan Harian Kristen - 19 Juni 2013

Mengimani?

Bacaan: Roma 10:17, Ibrani 11:1

Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus. - Roma 10:17


"Saudara jangan takut dengan kondisi sekarang ini. Sekalipun sepertinya mustahil, Saudara harus yakin dan mengimani agar mujizat itu terjadi." demikian perkataan seorang bapak yang memberi semangat kepada saudara seimannya. "Pokoknya yang penting imani saja!" Sebenarnya apakah arti iman itu dan apakah arti kata mengimani itu?
Kita tentu sudah hafal dengan Ibrani 11:1 yang mengatakan : Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat. Itu sebabnya bahwa iman seringkali "disederhanakan" menjadi keyakinan atau kepercayaan. Namun jika melihat versi terjemahan lain sebagai perbandingan, kita akan menemukan bahwa ternyata iman lebih dari sekedar rasa percaya atau yakin, tetapi lebih tepatnya iman adalah "sesuatu" yang membuat kita bisa yakin atau percaya kepada Firman Tuhan. ( Faith makes us sure of what we hope for and gives us proof of what we cannot see. /Contemporary English Vs.) Iman adalah dasar yang membuat kita bisa percaya dan membuktikan hal yang belum kita lihat.
Lalu bagaimana supaya kita bisa memiliki iman sehingga kita bisa menjadi percaya kepada Firman Tuhan dan akhirnya menerima janji Tuhan itu? Iman timbul dari pendengaran akan Firman Tuhan. Itu artinya kita tidak akan bisa memiliki iman bila kita tidak pernah mendengar tentang kebenaran Firman Kristus. Bila kita ingin memiliki iman yang kuat, mau tidak mau satu-satunya cara adalah dengan mempelajari isi Alkitab. Bagaimana mungkin Anda bisa berkata "Aku mengimani hutang-hutangku akan segera lunas" bila Anda tidak tahu bahwa Tuhan sanggup melunaskannya? Itulah sebabnya kita tidak bisa asal-asalan "mengimani" sesuatu agar terjadi seperti yang kita kehendaki.
Orang-orang sakit yang meminta pertolongan Tuhan Yesus di masa Perjanjian Baru sudah pernah mendengar akan Dia. Hal itulah yang membuat iman mereka timbul dan menjadi percaya lalu disembuhkan. Bila Anda rindu mengalami pengalaman-pengalaman iman yang luar biasa, mintalah Tuhan melakukannya lewat pembelajaran hidup setiap hari. Dengan setiap hari merenungkan dan melakukan Firman Tuhan, kita akan menjadi mengerti dan akhirnya menemukan apakah iman yang sebenarnya itu.

Senin, 17 Juni 2013

Renungan Harian Kristen, Hari ini .. ..

Renungan Harian Kristen - 17 Juni 2013

Di atas Rata-rata

Bacaan: Kejadian 6:1-22

Nuh adalah seorang yang benar dan tak bercela di antara orang-orang sezamannya...- Kejadian 6:9


Kita memutuskan untuk pergi ke sebuah pertunjukkan teater, opera atau konser, lalu tempat duduk mana yang akan kita incar? Jika kita disuruh memilih, apakah kita akan memilih kelas rata-rata dan mengabaikan kelas VIP?
Seandainya saja diagnosa menyebutkan bahwa kita mengidap penyakit tertentu dan harus dioperasi. Apakah kita akan mencari dokter kelas rata-rata? Ataukah kita mencari dokter yang benar-benar ahli dan berpengalaman di bidangnya?
Seandainya kita menghadapi masalah di peradilan, akankah kita mencari pengacara kelas rata-rata? Ataukah kita mencari pengacara yang benar-benar hebat?
Seandainya kita mencari seorang karyawan, akankah kita mencari karyawan yang biasa-biasa? Ataukah kita mencari karyawan yang benar-benar berprestasi secara akademis dan memiliki pengalaman yang cukup lama?
Kita akan mencari orang yang di atas rata-rata. Orang yang di atas rata-rata akan selalu mendapat perhatian lebih dulu dan mendapat prioritas utama. Sebaliknya orang kelas rata-rata akan diabaikan, bahkan akan ditinggalkan.
Pernahkah kita bertanya di dalam diri kita sendiri, kualitas kekristenan seperti apa yang kita miliki? Akankah kualitas kekristenan kita kelas rata-rata ataukah kita memiliki kehidupan rohani yang di atas rata-rata? Bagaimana kekristenan kelas rata-rata itu? Tidak begitu jahat, tapi juga tidak begitu baik. Dikatakan hidup dalam dosa tidak, dikatakan hidup dalam kebenaran juga tidak. Mirip seperti orang Kristen yang hidup dalam zona abu-abu, seperti yang kita bahas bulan kemarin.
Kekristenan kelas rata-rata tak akan pernah dapat mempengaruhi dan memulihkan dunia. Itu sebabnya Tuhan tak ingin kekristenan kita berada di kelas rata-rata. Tuhan ingin kita menjadi radikal dalam kehidupan rohani kita. Radikal bukan berarti tindakan ekstrim, penuh kekerasan atau sikap fanatik yang berlebihan. Radikal adalah mencapai yang tertinggi dalam kehidupan rohani. Radikal dalam Tuhan berarti mengasihiNya dengan sungguh-sungguh. Melayani dengan segenap hati dan penuh ketulusan. Selalu siap berkorban baik secara materi, waktu, tenaga atau apapun demi perluasan kerajaan Allah di bumi. Inilah orang Kristen yang kelasnya di atas rata-rata. Apakah kita sudah menjadi orang Kristen di atas rata-rata?

Minggu, 16 Juni 2013

Renungan harian Kristen, Hari ini .. ..

Renungan Harian Kristen - 16 Juni 2013

Desas-Desus

Bacaan: Amsal 10:11-21

Tetapi mulut orang fasik menyembunyikan kelaliman.- Amsal 10:11


Meski hanya sebuah gosip belaka, tak dapat disangkal lagi bahwa akibat yang ditimbulkan kadangkala cukup fatal. Dari sebuah kabar burung lahir kecurigaan, kebencian, fitnah, tekanan dan luka hati yang dalam. Rumah tangga diobrak-abrik, keluarga menjadi hancur berantakan, sebuah gereja terjadi keributan besar dan akhirnya bubar, seseorang kehilangan pekerjaan, dan akibat-akibat fatal lainnya. Ironisnya, semuanya itu berasal dari desas-desus yang tak jelas kebenarannya dan asal-usulnya.
Bagaimana seandainya seseorang menceritakan desas desus kepada kita? Jika kita menerima cerita itu dan menceritakannya kepada orang lain, maka sama saja kita menjadi bagian dari rantai kebohongan yang tak ada habisnya. Lalu bagaimana kita bisa menangkal desas-desus itu? Bagaimana caranya supaya kita membungkam si pembuat gosip dan memutuskan rantai kebohongan itu?
Ada empat pertanyaan yang bisa men-skak mat si pembuat gosip ala Swindoll.
  1. Tanyakan sumber beritanya dengan detail dan jelas.
    Jika si pembuat gosip mulai mendongeng dengan racunnya yang mematikan, segera tanyakan sumber beritanya dengan detail, jelas dan siapa namanya. Jika
    ia tidak bisa menjawab siapa sumbernya, tentu saja itu tak lebih dari kabar burung saja.
  2. Mintalah bukti yang jelas dengan didukung fakta.
    Jangan pernah mempercayai si penggosip sebelum ia bisa menunjukkan fakta yang nyata dan bukti yang jelas. Dan biasanya si penggosip tak akan pernah
    punya bukti dan fakta yang jelas.
  3. Tanyalah kepada orang itu, "Boleh menyebut nama Anda sebagai sumber berita?"
    Terang saja kita langsung lihat perubahan wajahnya. Mukanya memerah tanda malu dan ia akan buru-buru menarik ucapannya yang baru saja keluar.
  4. Dengan terus terang katakan, "Saya tidak senang mendengar dan membicarakan tentang hal itu." Meski terdengar cukup keras, tapi hal ini akan menghentikan
    pembuangan sampah ke dalam telinga kita.

Sabtu, 15 Juni 2013

Renungan Harian Kristen, Hari ini

Renungan Harian Kristen - 15 Juni 2013

Menghargai Tuhan

Bacaan: Mazmur 62:6-9

Percayalah kepadaNya setiap waktu, hai umat.- Mazmur 62:9


Bagi kita air memang penting dan vital, namun cara kita menghargai air akan sangat berbeda seandainya saja kita berada di padang gurun yang tandus dan tak ada yang tersisa air untuk membasahi tenggorokan kita yang kering. Bagi manusia waktu memang sangat berarti dan berharga, namun cara seseorang menghargai waktu akan sangat berbeda di saat ia menerima vonis mati dari hakim yang mana eksekusinya akan dilakukan keesokan harinya. Setiap detik yang berjalan terlihat begitu berharga!
Semuanya juga tahu bahwa kesehatan bagi kita sangat berharga, namun cara kita menghargai kesehatan akan sangat berbeda setelah kita terbaring di rumah sakit. Uang receh tak pernah kita hitung, tapi jika kita sama sekali tidak punya uang, maka kita juga tidak segan mengkorek-korek uang yang ada di bawah tempat tidur. Uang receh yang semula tidak berarti menjadi sangat penting di saat kita benar-benar membutuhkan.
Ini sifat manusia yang ada pada diri kita semua. Saat merenungkan semua hal itu, saya jadi berpikir apakah tingkat penghargaan kita kepada Tuhan juga seperti itu? Kita menghargai Tuhan hanya di saat genting dan krisis saja, namun jika semuanya sudah berjalan dengan lancar maka kita menganggap Tuhan menjadi begitu biasa bahkan kita telah melupakannya. Bagi kita, kadangkala Tuhan menjadi hebat di saat-saat tertentu saja. Saat tersisa lembar terakhir dalam dompet kita. Saat tersisa sedikit beras di kaleng roti kita. Saat selang dan infus berseliweran di dekat kita. Saat bahtera rumah tangga kita mulai karam. Saat kita mendapat sebuah surat dengan tulisan pendek, PHK!
Di saat-saat kritis seperti itulah Tuhan baru terlihat begitu berarti. Kita memohon dan meminta pertolongan Tuhan. Saat Tuhan menolong, kita segera mempercayai kehebatan dan kedahsyatan Tuhan. Lalu bagaimana seandainya ritme hidup kita menjadi normal kembali? Bagaimana seandainya deposito kita makin menumpuk, tubuh kita tak pernah sakit-sakitan, keluarga kita baik-baik saja dan semua kebutuhan kita tercukupi? Apakah Tuhan masih menjadi berarti dan tetap hebat dalam hidup kita? Atau kehebatan Tuhan hanya pada saat-saat genting saja? Mungkin kita perlu dengan sejenak merenungkan hal ini.

Kamis, 13 Juni 2013

Renungan Harian Kristen, Hari ini .. ..



Renungan Harian Kristen - 14 Juni 2013

Superioritas

Bacaan: Matius 23:1-36

Celakalah kamu, ... orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik.- Matius 23:27


Ini termasuk penyakit yang cukup kronis di area kekristenan. Seperti wabah yang menjangkiti banyak orang. Tak hanya itu, penyakit ini sangat menular. Ironisnya, penyakit ini tak disadari sampai kemudian timbul perpecahan gereja di sana-sini. Penyakit ini disebut superioritas rohani, merasa lebih baik dan lebih rohani daripada yang lain. Indikasinya, berkata berlebihan tentang diri sendiri, tatapannya selalu sinis dan meremehkan orang lain, sikapnya penuh dengan kecongkakan!
Jika saja si superioritas rohani ini diberi kesempatan untuk menceritakan siapa dirinya, ia akan berkata seperti ini :
  • Aku punya karunia-karunia Roh, engkau tidak ...
  • Akulah yang merintis gereja ini sampai menjadi besar seperti ini, engkau tidak..
  • Denominasiku yang paling baik, denominasimu sama sekali tak bermerk.
  • Gerejaku lebih baik, lebih besar, lebih nyaman daripada gerejamu.
  • Aku berdoa lima jam satu hari, engkau?
  • Alkitab ini sudah kubaca sepuluh kali. Berapa kali engkau menyelesaikannya?
  • Jika Tuhan ingin menyampaikan sesuatu, Ia selalu menghubungi saya dan melalui saya. Tentu engkau tak pernah dihubungi Tuhan bukan?
Meski kehidupannya terlihat begitu rohani, tapi jika sudah terjangkit dengan penyakit ini maka sebenarnya ia sedang berada di titik paling rawan dalam hidupnya. Yang pasti ia sudah terjebak dalam kesombongan rohani dan setiap langkah kesombongan akan selalu berujung pada kehancuran. Orang-orang yang sombong secara rohani dan merasa lebih baik daripada orang lain akan susah menerima kritik seandainya saja ia berbuat kesalahan. Ia selalu menjadi orang Kristen yang paling benar dan orang lain lah yang salah. Saat ada yang salah dengan kekristenannya, ia menjadi terlalu gengsi untuk mengakuinya. Mencari seribu satu dalih untuk melakukan pembenaran diri dan kalau perlu menjadikan orang lain sebagai kambing hitam. Bukankah dengan demikian reputasi rohaninya tetap terjaga?
Jika kehidupan rohani kita seperti ini, apakah yang membedakan kita dengan orang Farisi? Kita menjadi orang begitu munafik! Renungan hari ini mungkin begitu menegur kita. Sikap apa yang akan kita tunjukkan? Apakah kita akan bertobat, ataukah sebaliknya kita masih saja melakukan pembenaran diri?

Renungan Harian Kristen, Hari Ini .. ..

Renungan Harian Kristen - 13 Juni 2013

Doa Kita

Bacaan: II Korintus 12:7-10

Bagi Dialah yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan.- Efesus 3:20


Situasi menjadi lebih parah setelah kita berdoa. Benang kusut dalam masalah kita semakin ruwet setelah kita selesai mengatakan amin dan membuka mata. Yah, kita berdoa namun situasinya justru semakin memburuk. Bukankah hal yang seperti ini seringkali kita alami? Doa kita tak berhasil, demikian pikiran kita berkata.
Kita berdoa agar Tuhan menyelesaikan masalah kita, tapi masalah itu tetap ada.
Kita berdoa namun tetap saja kita terbelit hutang yang banyak.
Kita berdoa dan orang yang kita kasihi tetap meninggal.
Kita berdoa dan yang sakit tetap sakit. Tak ada sesuatu yang terjadi.
Kita berdoa dan kita menerima surat PHK.
Kita berdoa dan rahim kita tetap saja tertutup.
Kita jadi ragu dengan kuasa doa. Kita jadi ragu dengan janji-janji Tuhan. Bahkan kita mempertanyakan keberadaan Tuhan. Kita mempertanyakan sifat Tuhan yang penuh kasih setia, penuh keadilan dan yang selalu memelihara umatNya sebab keadaan menjadi sangat bertolak belakang dengan apa yang kita doakan selama ini.
Doa tak selalu terjawab. Ini yang dialami oleh Paulus. Ia berdoa supaya dilepaskan dari duri dalam dagingnya. Tiga kali ia berseru. Ia berdoa dengan penuh harap kepada Tuhan yang dilayani dengan taruhan nyawanya. Tapi doanya tetap saja tak berhasil, bahkan Tuhan berkata, "Cukuplah kasih karuniaKu bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna."
Doa bukanlah pemulihan instan. Doa bukan penyelesaian kilat atas setiap masalah yang kita hadapi. Doa bukan garansi untuk menerima apa yang kita minta. Lebih daripada itu, doa adalah menyelaraskan kehidupan kita kepada kehendak Tuhan. Doa adalah mempercayai bahwa Tuhan tahu yang terbaik bagi kehidupan kita. Benar kata orang skeptis bahwa doa tak selalu berhasil, tapi ingat bahwa "doa yang tak berhasil" ini justru akan membawa kebaikan pada diri kita pada akhirnya. Jadi ketika doa kita belum dijawab, seharusnya bukan keluhan atau persungutan yang keluar dari mulut kita. Sebaliknya mempercayai bahwa Tuhan punya maksud dan rencana yang luar biasa. Lebih dari apa yang selama ini kita pikirkan dan kita doakan!

Selasa, 11 Juni 2013

Renungan harian Kristen, Hari ini ..

Renungan Harian Kristen - 12 Juni 2013

Ada MaksudNya

Bacaan: I Petrus 1:3-12

Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu - yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas ...- I Pet 1:7


Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian
imanmu - yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas ... I Pet 1:7
Suatu hari Tuhan mengajak seseorang ke sebuah bukit yang penuh dengan batu-batuan besar. Kemudian Tuhan berkata,"Tugasmu sederhana, doronglah batu itu!" Batu itu terlihat besar, namun orang itu segera melakukan apa yang Tuhan perintahkan. Tanpa banyak berbantah ia mencoba mendorong batu itu, namun batu itu tetap kokoh dan tidak bergerak sedikitpun juga. Setahun, dua tahun dan sampai tahun yang kelima orang itu masih tetap setia mendorong batu itu. Ia sudah berusaha semaksimal mungkin, ia sudah memikirkan segala cara agar batu itu bisa bergerak, tapi batu itu terlalu besar baginya. Ia merasa gagal, karena sedikitpun batu itu tidak bergerak.
Ia heran, bagaimana caranya untuk menyelesaikan tugas sederhana yang Tuhan berikan itu. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk datang kepada Tuhan. Dalam keadaan bingung dan merasa gagal orang itu berkata,"Tuhan....maafkan aku, aku belum dapat menggeser batu besar itu." Tuhan tersenyum melihatnya, dan dengan bijaksana Tuhan menjawab orang itu,"Siapa yang menyuruhmu untuk menggeser batu yang besar itu? Aku hanya menyuruhmu untuk mendorongnya." Orang itu bertambah bingung, lalu bertanya lagi,"Apakah itu berarti Tuhan menyuruhku untuk melakukan hal yang sia-sia?" Kata Tuhan, "Coba lihat dirimu, kamu sudah jauh berbeda dari saat pertama datang ditempat ini. Otot-ototmu sekarang menjadi kuat, tanagamu bertambah dan staminamu menjadi luar biasa. Kamu telah belajar tentang arti ketaatan, kesabaran, dan ketekunan. Sekarang, mari akan Aku tunjukkan tugas yang sebenarnya yang telah Kusiapkan untukmu! ".
Sebagai seorang percaya, kita tidak selalu bisa memahami maksud Tuhan dalam hidup kita. Kadangkala Tuhan menempatkan kita dalam suatu keadaan yang seaakan-akan kita tidak mampu mengerjakannya. Ada kalanya kita merasa gagal, frustasi dan tidak sanggup lagi melakukannya. Namun kita harus ingat bahwa segala sesuatu mendatangkan kebaikan untuk kita, tetapi bukan segala sesuatu menyenangkan hati kita. Di balik semua penderitaan atau pergumulan yang kita hadapi Tuhan memiliki rencana yang indah, jauh melampaui apa yang kita pikiran saat ini. Percayalah, bahwa ini adalah masa-masa persiapan yang harus kita lalui untuk sebuah tugas penting yang sedang Tuhan persiapkan bagi kita. Jadi, mengapa kita tidak memiliki cara pandang yang positif tentang hidup kita saat ini?

Renungan Harian Kristen, Hari ini



Renungan Harian Kristen - 11 Juni 2013

Tak Bisa Sendiri

Bacaan: I Korintus 12:12-31

Jadi mata tidak dapat berkata kepada tangan :"Aku tidak membutuhkan engkau."- I Korintus 12:21


Sungguh menggelikan jika kita melihat seseorang yang merasa dirinya hebat dan mampu melakukan semuanya sendiri tanpa bantuan orang lain. Harusnya kita menyadari bahwa bagaimanapun juga kita membutuhkan orang lain. Sehebat-hebatnya David Beckham di lapangan bola, dia tak pernah bermain bola seorang diri. Ia selalu membutuhkan rekan satu timnya. Apakah Anda seorang dokter bedah yang hebat? Bolehkah saya mengajukan pertanyaan? Apakah ketika Anda sedang melakukan operasi, Anda melakukannya sendiri? Tentu saja tidak, Anda membutuhkan asisten yang selalu siap membantu Anda.
Penjual butuh pembeli. Produsen membutuhkan konsumen. Konselor membutuhkan konsele. Presiden membutuhkan rakyat. Pengacara membutuhkan klien. Demikian pula sebaliknya. Masa depan kita selalu berkaitan dengan orang lain jadi kembangkanlah sikap untuk membangun hubungan dengan orang lain. Menyadari bahwa keberhasilan kita bukan karena dari diri kita sendiri tetapi karena dukungan dari orang lain juga.
Sikap seperti ini membuat kita tak menjadi arogan dan sombong. Sebaliknya kita akan menjadi orang yang rendah hati, sebab ternyata keberhasilan kita karena akibat dari dukungan orang lain. Hal yang sama juga berlaku dalam dunia rohani. Keberhasilan sebuah pelayanan tak akan pernah dicapai secara one man show (melakukannya seorang diri). Sebuah kebangunan rohani akan terjadi kalau jemaat Tuhan bersatu hati dan saling melengkapi di dalam pelayanan. Karunia Roh dan karunia jawatan bekerja sama.
Yang memiliki karunia bahasa Roh membutuhkan karunia mentafsirkan bahasa Roh, demikian juga sebaliknya. Karunia jawatan seperti nabi, rasul, pengnjil, gembala dan guru saling melengkapi satu sama lain. Tak ada yang lebih hebat, lebih besar dan lebih penting daripada yang lain. Tak ada alasan untuk menjadi sombong, karena memang satu sama lain tak bisa berjalan sendiri. Hanya dengan pemahaman seperti ini, barulah kesatuan tubuh Kristus bisa tercapai. Selama tubuh Kristus masih merasa bahwa dirinya yang lebih penting, lebih hebat, lebih berkarunia, lebih benar dan bisa melakukan semuanya sendiri, maka kebangunan rohani yang dahsyat tak akan pernah terjadi.

Senin, 10 Juni 2013

Renungan Harian Kristen hari ini .. ..



Renungan Harian Kristen - 10 Juni 2013

Kompromi

Bacaan: Yakobus 4:7

Karena itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis... - Yakobus 4:4-10


Beberapa waktu yang lalu saya melihat sebuah iklan yang cukup menarik di teve. Iklan itu menceritakan tentang malaikat dan setan yang saling mempengaruhi seseorang yang hendak berniat mengambil dompet yang bukan miliknya. Setan membujuk untuk mengambil dompet itu, sementara malaikat berbisik agar tidak mengambil barang yang bukan miliknya. Malaikat dan setan saling bertentangan, namun ketika ada makanan kecil (produk yang diiklankan) maka mereka berdua jadi akur. Kompromi dan makan bareng! Bagaimana mungkin malaikat dan setan bisa jadi sahabat? Untung hanya ada dalam iklan saja.
Terang tak bisa bercampur dengan gelap. Itu sebabnya kita sebagai anak-anak terang tak bisa kompromi dengan kuasa-kuasa kegelapan. Kebenaran tak bisa bercampur dengan dosa. Kekudusan tak bisa bercampur dengan kecemaran. Dosa tak bisa ditolerir. Kita tak bisa kompromi dengan dunia dan kuasa kegelapan. Tak ada kepribadian ganda sehingga hari Minggu kita hidup benar dan kudus, sementara hari Senin sampai Sabtu hidup kita penuh dosa dan bercela.
Kompromi! Satu kata yang perlu kita waspadai. Kata ini yang menjatuhkan Simson di pelukan perempuan nakal macam Delila. Kata ini yang membuat Salomo berpaling kepada perempuan-perempuan kafir pada masa tuanya. Kata ini yang membuat Daud melakukan skandal yang memalukan bersama Batsyeba, sekaligus melakukan trik-trik yang kejam dan licik. Kata ini juga yang membuat Yudas memberikan cium pengkhianatan kepada Yesus dengan harga tiga puluh keping perak.
Jangan kompromi dengan dosa, apapun alasannya. Sedikit saja kita kompromi, maka Iblis akan terus mengikat kita dan membuat kita terperosok lebih dalam lagi. Jangan coba-coba berunding mencari kesepakatan dengan iblis karena kita harus tahu bahwa musuh kita adalah si ular tua yang penuh tipu daya dan kelicikan. Miliki keteguhan hati dan keyakinan yang tak tergoyahkan sehingga kita tak pernah kompromi dengan dosa. Seandainya kita sudah terlanjur kompromi dengan dosa, ambillah keputusan untuk tak lagi kompromi dan mintalah kuasa Roh Kudus untuk memampukan kita hidup sesuai dengan kebenaran. Ingat, kompromi tak kan pernah menghasilkan sesuatu yang baik bagi kita.

Minggu, 09 Juni 2013

Renungan hari ini

Renungan Harian Kristen - 09 Juni 2013

Keadaan Terbalik

Bacaan: Daniel 12:1-13

Banyak orang akan disucikan dan dimurnikan dan diuji ... - Daniel 12:10


Bagaimana jika keadaan menjadi terbalik? Angan-angan tak sesuai dengan kenyataan. Mimpi kandas di tengah jalan dan kita jatuh terpuruk padahal baru saja kita menerima nubuatan bahwa hidup kita akan diberkati. Berharap gaji naik tapi justru menerima surat pemecatan. Penyakit kita bukannya sembuh seperti yang kita harapkan tapi kita justru menerima surat rujukan dari dokter untuk pergi ke rumah sakit dengan peralatan medis yang lebih canggih. Jujur saja, bukankah kita benci keadaan yang seperti ini?
Kita tak sendiri. Banyak orang-orang luar biasa ternyata juga mengalami keadaan terbalik ini. Tanyakan saja kepada Yusuf seperti apa senangnya menerima mimpi indah dari Tuhan dan tanyakan apa yang terjadi setelah ia menceritakan mimpi itu kepada saudara-saudaranya. Bukannya menjadi pemimpin seperti dalam mimpi itu, tapi ia justru dijual dan menjadi budak. Kalau dirasa masih kurang tanya saja kepada Musa muda yang berangan-angan membebaskan bangsa Israel secepatnya dari penindasan Mesir, dan tanyakan apa yang terjadi sesudahnya. Bukannya menjadi pahlawan tapi justru lari terbirit-birit sampai ke padang Midian dan menggembalakan domba di sana selama 4o tahun. Bagaimana dengan Daniel? Dia adalah yang terbaik tapi ia justru masuk gua singa.
Setiap orang percaya akan mengalami proses dari Tuhan. Salah satu cara Tuhan menguji hati dan memproses kehidupan kita adalah dengan mengijinkan keadaan yang tidak kita kehendaki justru terjadi dalam hidup kita. Seperti apa diri kita yang sebenarnya akan terlihat pada masa-masa seperti ini. Apakah kita akan menjadi orang yang tetap bersyukur atau menggerutu. Apakah kita tetap memuji kebaikan Tuhan ataukah sebaliknya kita justru mengumpat dan menghujat Tuhan. Apakah kita semakin dekat kepada Tuhan ataukah kita justru menjauh dari Tuhan.
Adalah hal yang indah kalau kita menjadi anak Tuhan yang tetap tegar saat menghadapi proses Tuhan. Meski kenyataan tak terjadi seperti yang kita harapkan, kita tetap mempercayai bahwa di balik itu semua ada rencana besar yang sedang Tuhan siapkan. Meski langkah kita berat dan jalan yang kita lalui sulit tapi pastikan bahwa kita tetap menjadi orang Kristen yang berkualitas. Mengubah keadaan bukannya keadaan yang justru mempengaruhi hidup kita.

Sabtu, 08 Juni 2013

Renungan Hari ini



Renungan Harian Kristen - 08 Juni 2013

Yang Berharga!

Bacaan: I Petrus 3:1-6

Tetapi perhiasanmu ialah manusia batiniah yang tersembunyi...,yang sangat berharga di mata Allah.- Petrus 3:4


Tidak dapat dipungkiri bahwa media dan berbagai pendapat tentang pentingnya penampilan sekarang ini telah membius pikiran bawah sadar kita untuk menerima dan mengikutinya. Dari manakah orang serempak berpendapat bahwa wanita yang cantik adalah yang bertubuh langsing, berkulit putih dan berambut panjang? Pendapat kelompok tertentu yang berhasil membentuk pola pikir seperti itulah yang telah melakukannya.
Padahal di jaman dulu tiap wilayah dan etnik tertentu memiliki kriteria dan pandangan sendiri-sendiri tentang kecantikan maupun ketampanan seseorang. Ada suku-suku yang berpendapat bahwa wanita cantik adalah yang bertelinga panjang, atau berleher sangat panjang dengan gelang-gelang di lehernya. Adapula yang menganggap bahwa wanita dengan telapak kaki yang sangat kecil sangatlah anggun hingga para wanita rela mengikat kakinya dan tidak pergi kemana-mana.
Bila seorang wanita dengan rambut shaggy di cat kepirangan hidup di jaman kakek nenek kita, ia akan dianggap kurang waras. Namun kini dengan kehadiran media dan trendsetter tertentu, kita bisa "sepakat" berpendapat tentang kecantikan maupun kriteria idealnya penampilan fisik seseorang. Kini tiap tahun orang menetapkan trend tertentu yang "wajib" diikuti masyarakat.
Itulah sebabnya kita perlu memperhatikan apa saja yang masuk ke telinga dan pikiran kita. Disadari atau tidak, cara berpikir kita sangat dipengaruhi oleh pendapat yang masuk ke dalam pikiran kita. Bila saat ini media begitu menggembar-gemborkan betapa pentingnya penampilan yang trendy dan modis, jangan pernah lupa dengan apa yang Tuhan anggap penting tentang penampilan kita.
Perhiasan rohani yang Tuhan inginkan untuk kita miliki adalah karakter seperti Kristus. Bila Tuhan saja begitu menghargai nilai sebuah karakter dalam diri kita, bukankah seharusnya kita juga sependapat dengan Dia? Tuhan jelas lebih tahu cara menilai sesuatu karena Ia maha tahu. Tuhan mengerti manakah yang akan bertahan kekal dan manakah yang sifatnya hanya sementara. Seringkali kita tertipu tentang hal ini karena kita tidak mengetahui nilai kekal sesuatu. Hari ini mintalah Tuhan untuk mengubah cara penilaian kita yang salah tentang hal-hal lahiriah.

Kamis, 06 Juni 2013

Renungan Hari ini



Renungan Harian Kristen - 07 Juni 2013

Perbesar Hati

Bacaan: Yeremia 16:16-18

Semuanya itu tidak tersembunyi dari pandanganKu.- Yeremia 16:17


Saya tertarik dengan sebuah statement yang dilontarkan oleh BC Gorbes, seorang Executive Intelligence, yang berkata demikian, "Ukuran tubuhmu kurang penting, ukuran otakmu agak penting, ukuran hatimu yang paling penting." Untuk mencapai sebuah keberhasilan dan kemenangan justru hati atau jiwa yang besarlah yang sangat diperlukan.
Saya menghubungkan pernyataan BC Gorbes itu ke dalam dunia rohani, dan saya sangat setuju bahwa kekristenan yang berkenan kepada Tuhan selalu didasarkan dari hati yang mengasihi Tuhan, bukan penampilan lahiriah kita juga bukan pengetahuan kita tentang hal-hal rohani. Mengadaptasi pernyataan BC Gorbes tersebut boleh saya katakan bahwa penampilan lahiriah kita kurang penting, pengetahuan kita tentang Allah agak penting, dan iman serta hati yang mengasihi Tuhan adalah yang paling penting.
Kekristenan tanpa didasarkan oleh hati yang mengasihi Tuhan akan sia-sia belaka. Kita boleh saja punya penampilan lahiriah yang menawan dan mengundang decak kagum banyak orang, namun jika hati kita tidak sebersih pakaian putih yang kita kenakan atau hati kita tidak semanis perkataan kita maka kita tidak akan pernah berkenan di hadapan Tuhan. Atau boleh saja kita punya pengetahuan tentang isi Alkitab secara luar biasa, bahkan di belakang nama kita masih ada sederet embel-embel gelar teologia, namun jika isi Alkitab hanya sebatas di pikiran saja dan tidak ada di hati maka hal itu juga tidak ada gunanya.
Manusia bisa kita tipu dengan penampilan luar kita tapi bagaimana mungkin kita bisa menipu Tuhan? Bukankah Tuhan lah yang menyelidiki hati manusia, bahkan sampai dasar hatinya yang paling dalam. Bukankah Tuhan sendiri berkata, "Sebab Aku mengamat-amati segala tingkah langkah mereka, semuanya itu tidak tersembunyi dari pandanganKu dan kesalahan mereka pun tidak terlindung di depan mataKu?" Ingin menjadi orang Kristen yang berkenan di hadapan Tuhan? First things first, yang pertama dan yang paling utama, perbesarlah hati kita di hadapan Tuhan. Jangan buang-buang waktu hanya dengan memperhatikan penampilan lahiriah atau hanya menambah pengetahuan saja tanpa ada hati yang sungguh-sungguh mengasihi Tuhan.

Renungan hari ini



Renungan Harian Kristen - 06 Juni 2013

Warisan

Bacaan: II Timotius 1:5; 3:14-15

Aku teringat akan imanmu..., yaitu iman yang hidup di dalam nenekmu Lois.- II Timotius 1:5


Menjadi keinginan bagi semua orang tua untuk bisa mewariskan sesuatu bagi anak-anaknya kelak. Yang pasti, sebagai orang tua tentu ingin anak kita memiliki hidup yang lebih baik. Kita mempunyai sebidang tanah, maka kita akan mencoba membagi tanah itu dengan adil sebagai warisan bagi anak-anak kita. Atau bisa saja warisan yang akan kita berikan berupa harta benda, kekayaan, perusahaan atau barang berharga lainnya yang kita miliki. Lalu, bagaimana seandainya kita tidak memiliki semua benda-benda berharga itu? Apakah itu berarti anak kita tak akan mendapat warisan apa-apa dari kita? Masih ada satu hal lagi hal berharga yang bisa kita wariskan kepada anak-anak kita. Ini jauh lebih berharga dari semua harta benda itu dan yang unik, semua orang bisa mewariskan hal ini tanpa terkecuali. Warisan seperti apakah itu?
Pengenalan akan Tuhan dan teladan hidup yang baik! Warisan dalam bentuk harta benda bisa habis lenyap. Perusahaan bisa bangkrut. Tanah bisa menjadi sengketa besar. Deposito bisa habis. Tapi jika kita mewariskan pengenalan akan Tuhan maka kita sedang mewariskan sesuatu yang bernilai kekal. Jika kita mewariskan teladan hidup yang baik dan hidup takut akan Tuhan, maka anak-anak kita akan bertumbuh menjadi orang yang luar biasa di dalam Tuhan.
Saya sangat tertarik mempelajari pohon keluarga dari Timotius. Tentu kita kenal Timotius sebagai anak muda yang dipakai Tuhan secara luar biasa pada jamannya. Timotius bisa sehebat itu karena menerima warisan rohani berupa pengenalan akan Tuhan dari Eunike, ibunya. Uniknya, Eunike bisa mengajar Timotius hidup takut akan Tuhan karena ia menerima warisan rohani dari ibunya yang bernama Lois. Lois memberi warisan yang begitu berharga bagi anak cucunya! Saya tak bisa bayangkan seandainya Lois atau Eunike tak mewariskan pengenalan akan Tuhan dan hidup takut akan Tuhan, mungkin ceritanya akan berbeda. Bisa jadi kita tak pernah kenal nama Timotius sampai hari ini! Mewariskan harta benda dan barang berharga bagi anak cucu kita memang penting, tapi jangan lupa bahwa ada warisan yang jauh lebih penting dari semuanya itu. Pengenalan akan Tuhan, hidup takut akan Tuhan dan memberi teladan hidup yang baik. Hal itu bisa kita wariskan mulai saat ini! Tak semua orang bisa mewariskan harta benda kepada anaknya, tetapi semua orang bisa mewariskan pengenalan akan Tuhan kepada anak cucunya.

Rabu, 05 Juni 2013

Renungan spirit hari ini



Renungan Harian Kristen - 05 Juni 2013

Sediakan Waktu

Bacaan: Efesus 6:4; Kolose 3:21

Hai bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu supaya jangan tawar hatinya.- Kolose 3:21


Semua orang juga tahu siapa Norman Vincent Peale, seorang pencetus positive thinking. Buku-bukunya seperti The Power Positive Thinking, Anda Bisa Jika Anda Pikir Anda Bisa selalu bertengger dalam deret buku best seller. Ia seorang penulis terkenal, pembicara yang populer dan masih banyak lagi kegiatan yang menyita waktu. Kalau boleh dikata, dia adalah seorang manusia yang super sibuk. Meski demikian saya terkesan dengan sepenggal kisah yang menceritakan betapa pedulinya Peale dengan keluarganya. Di tengah-tengah kesibukannya yang rasanya tak boleh diganggu sedikitpun ia selalu mempunyai waktu untuk mendengarkan anak-anaknya meski hanya sekedar mendengar cerita ringan ataupun keluhan.
Sayangnya tak semua orang tua punya sikap seperti Peale yang selalu memberi waktu dan perhatian bagi anak-anaknya. Begitu banyak alasan. Tentu saja alasan yang paling utama adalah kesibukannya. Di samping itu masih ada sederet alasan lain seperti capek, baru tidak mood, sedang ada masalah, waktunya tak pas, dll. Meski hanya menyediakan telinga untuk mendengar, kadangkala kita begitu berat melakukannya. Lalu ketika anak kita yang merasa tak mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari kita mulai berulah dan cari pelarian sebagai akibat rasa kecewanya terhadap sikap kita, barulah kita dibuat bingung dan kelabakan.
Seandainya kita selalu memberi waktu bagi anak-anak kita, tentu tak ada anak yang merasa tak diperhatikan. Selain itu kita akan memberi rasa aman kepada anak-anak kita. Sehingga mereka tak segan-segan untuk mencurahkan isi hatinya dan menjadi sangat terbuka terhadap kita. Bukankah ini sebenarnya akan memudahkan kita dalam mendidik anak kita?
Bagaimanapun juga anak lebih penting daripada pekerjaan atau kesibukan kita, jadi sebenarnya kurang tepat kalau kita berkata tidak ada waktu untuk anak-anak. Jika kita sudah memberi uang lebih kepada anak kita atau sudah membelikan ini itu dan mencukupi semua kebutuhannya, kadangkala kita sudah merasa menjadi orang tua yang baik dan bertanggung jawab. Padahal sebenarnya kebutuhan anak tak sebatas itu saja. Kadangkala seorang anak lebih menginginkan sebuah hubungan yang erat dengan kita lebih dari semua pemberian yang diterimanya. Belum terlambat jika kita mau menyediakan waktu yang lebih lagi bagi anak-anak kita.

Selasa, 04 Juni 2013

Renungan spirit hari ini

Renungan Harian Kristen - 04 Juni 2013

Rasa Takjub

Bacaan: Mazmur 66:1-20

Pergilah dan lihatlah pekerjaan-pekerjaan Allah; Ia dahsyat dalam perbuatanNya ... - Mazmur 66:5


Selama tiga dekade Abee hanya melihat kegelapan. Ia tidak pernah melihat indahnya pelangi seperti yang diceritakan banyak orang. Ia tidak pernah melihat kerlip bintang pada waktu malam yang selalu menjadi inspirasi bagi seorang penyair untuk menuliskan keindahan. Bunga yang warna-warnipun hanya menjadi “kata orang”, ia tidak pernah melihatnya sendiri. Begitu menyedihkan orang yang buta sejak lahir. Namun sekarang kita akan segera melihat senyumannya. Dokter bedah mata sudah mengoperasi matanya dan ia segera melihat apa yang selama ini diceritakan banyak orang kepadanya. Rasa takjub yang tak pernah henti! Ternyata indahnya pelangi, bunga yang berwarna-warni atau kemilau bintang di malam hari jauh lebih indah dari apa yang diceritakan banyak orang. Rasanya tak pernah bosan untuk melihat dan mengagumi apa yang dilihatnya.
Berbeda dengan reaksi yang kita tunjukkan saat melihat keindahan alam. Bagi kita indahnya pelangi atau indahnya bunga di taman menjadi begitu biasa bahkan kita sudah tidak memiliki rasa takjub lagi akan semuanya itu. Mengapa? Karena bagi kita semuanya itu sudah menjadi begitu biasa. Bukankah benar pernyataan ini? Jika sesuatu sudah menjadi biasa, hal itu akan menurunkan tingkat kekaguman kita kepadanya.
Hubungan kita dengan Tuhan juga kurang lebih seperti itu. Seandainya kita menganggap Tuhan sudah menjadi begitu biasa, kedatanganNya biasa, penderitaanNya biasa, pengorbananNya biasa bahkan kemuliaanNya biasa, maka tingkat kekaguman kita akan semakin menurun. Jangan buat anugerah Tuhan dan semua yang Tuhan buat dalam kehidupan kita menjadi biasa. Jika kita melakukan hal itu, percayalah, hati kita akan selalu takjub dengan apa yang Tuhan lakukan dalam hidup kita. Hal-hal sederhana yang tiap saat kita alami akan menimbulkan rasa takjub yang begitu mendalam seandainya kita melihat semuanya itu sebagai wujud kasih sayang Tuhan kepada kita. Mulut kita tak pernah berhenti untuk mengucap syukur atas kasih setia dan kebaikanNya. Itu sebabnya biarlah kita mau punya sikap seolah-olah kita ini seorang Abee yang melihat keindahan untuk pertama kalinya, rasa takjub yang tak pernah hilang...

Jika sesuatu sudah menjadi biasa, maka itu akan menurunkan tingkat kekaguman kita terhadapnya.

Minggu, 02 Juni 2013



Renungan Harian Kristen - 02 Juni 2013

The Window

Bacaan: I Tesalonika 5:16-18

Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus .. - I Tes 5:18


Mungkin Anda pernah membaca kisah singkat yang ditulis oleh G.W. Target yang berjudul “The Window”. Ini kisah tentang dua orang pasien di sebuah kamar rumah sakit yang sempit. Seorang pasien berada di sudut ruangan sehingga ia tidak bisa melihat apa-apa, sementara pasien yang satunya lagi berada di dekat jendela yang terbuka. Pasien yang berbaring di dekat jendela ini selalu men- ceritakan hal-hal indah yang dilihatnya. Ia menceritakan tentang sebuah danau kecil yang dilihatnya. Ia menceritakan indahnya bunga yang berwarna-warni mengelilingi pohon ek yang kokoh. Siang malam ia selalu menceritakan hal-hal indah yang dapat dilihatnya kepada temannya yang berada di sudut ruangan itu. Tak lama kemudian, pasien yang berbaring di dekat jendela ini meninggal karena kronisnya penyakit yang menggerogoti tubuhnya. Segera sesudah itu, pasien yang berada di sudut ruangan meminta kepada petugas rumah sakit untuk pindah di ranjang bekas pasien yang meninggal itu dengan harapan akan melihat semua hal indah seperti yang diceritakan kepadanya selama ini. Dengan jantung berdegup kencang membayangkan apa yang akan dilihatnya pasien itu perlahan-lahan mengarahkan pandangannya ke jendela itu. Lalu, apa yang dilihatnya? Tak lain hanyalah sebuah tembok kosong!
Lewat cerita populer ini, apakah Anda bisa memetik sebuah pelajaran rohani? Sikap dan cara pandang yang positif! Sejujurnya, sikap ini menjadi sangat langka di jaman ini. Kebanyakan orang akan bereaksi seperti yang dilihatnya. Jika kita hanya melihat tembok kosong, tentu kita akan menjadi bosan dan mengeluh. Jika kita melihat masalah, tentu kita akan menjadi sedih. Jika kita menerima perlakuan yang tidak adil, sangatlah wajar jika kita menjadi marah dan dipenuhi dengan kebencian. Sebenarnya, hidup akan menjadi lebih berat untuk dijalani di saat kita lebih banyak memfokuskan diri kepada hal-hal negatif yang terjadi di sekeliling kita daripada kita mencoba mengarahkan diri kepada iman yang positif.
Apakah hari ini kita sedang berbaring di dekat jendela dengan tembok yang kosong? Meski malam membuat langit menjadi gelap, kita tetap saja bisa melihat indahnya kemilau bintang di malam hari. Dalam situasi yang paling negatif sekalipun, masih ada sisi-sisi positif yang bisa kita syukuri.
Sebuah masalah tidak akan pernah menjadi masalah selama kita melihatnya dengan sudut pandang positif.

Sabtu, 01 Juni 2013


Renungan Harian Kristen - 01 Juni 2013

Runtuhnya Kesombongan

Bacaan: I Petrus 5:5-6; Kejadian 11:1-9

Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati.- I Petrus 5:5


Ngeri juga melihat pemandangan yang tergambar di sana. Menara yang tinggi namun baru setengah jadi dan tidak selesai dibangun. Mulai berlumut, kotor dan hanya menjadi sarang laba-laba. Sementara masih terlihat batu-batu besar, batu bata, semen, pasir, mesin pengaduk dan besi cor. Belum terlalu lama kita mendengar bisingnya pembangunan menara itu. Para ahli dan pakar arsitektur berkumpul di sana. Setiap pekerja melakukan tugasnya dengan baik, sehingga tidak mustahil kalau menara yang sedang dibangun itu bakal menjadi menara tertinggi di dunia, tentu saja melebihi menara Petronas atau WTC (World Trade Center) yang pernah disatroni teroris. Namun sayang secara tiba-tiba pembangunan itu berhenti dan menyisakan bahan material yang berserakan. Apa pasal? Apa yang salah? Bukan cara membangunnya yang salah, tapi tujuannya yang keliru! Menara impian itu bukan dibangun untuk mengagungkan Tuhan, bukan juga untuk mencari Tuhan, bukan dibangun untuk mengajak orang memandang ke atas kepada Tuhan, bukan juga untuk menyediakan tempat berteduh dalam doa. Lalu menara itu dibangun untuk apa? Sebuah harian surat kabar paling purba menulis, “Marilah kita dirikan bagi kita sebuah kota dengan sebuah menara yang puncaknya sampai ke langit dan marilah kita cari nama!” Itulah penyebabnya! Menara itu dibangun untuk mencari kemegahan diri dan egoisme belaka! Semata-mata mencari nama. Menara yang dibangun atas batu kesombongan. Dilapisi dengan adukan keangkuhan!
Tuhan tidak menerima itu. Dulu tidak, sekarangpun tidak. Tidak ada proposal kemegahan diri serta kesombongan yang disetujuinya. Setiap keangkuhan selalu berakibat kehancuran, itu cerita klasik yang selalu bisa ditebak! Manusia diciptakan Tuhan bukan untuk mencari kemegahan diri dan seolah-olah bisa melakukan semuanya sendiri tanpa Dia. Bagaimanapun juga manusia selalu membutuhkan pertolongan dan penyertaan Tuhan di dalam hidupnya.
Apa yang kita bangun juga akan hancur, jika menara kita didasari dengan batu kesombongan atau kemegahan diri, sebaliknya menara kita akan tegak berdiri jika dibangun atas dasar batu kerendahan hati. Apakah menara kita teguh berdiri ataukah sebaliknya menjadi hancur dan meninggalkan puing reruntuhan?

Kesombongan akan selalu berujung pada kehancuran!